Rabu, 16 Desember 2009

SMA Negeri I Jampang Kulon, Sukabumi, Jabar: 180 Siswa Trampil Wirausaha


Print E-mail
Written by Hatta Harris Rahman
Bantuan Yayasan Damandiri dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dari keluarga kurang mampu, sangat dirasakan oleh siswa SMA Negeri I Jampang Kulon, Sukabumi, Jawa Barat. Sebanyak 180 siswa dari keluarga kurang mampu, kini telah memiliki ketrampilan wirausaha. Mereka mendapatkan pelatihan perakitan komputer, otomotif, menjahit sampai sablon. Semua itu berkat dukungan Yayasan Damandiri dan pembinaan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam menggerakkan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) berbasis sekolah.
Dalam upaya mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat akan terus membangun strategi pembangunan yang lebih baik. Strategi yang belum lama ini dilakukan antara lain dengan menjadikan peran Posdaya berbasis sekolah sebagai kunci pembangunan sumber daya manusia di Sukabumi.

‘’Posdaya merupakan gagasan yang sangat bagus. Karena menyentuh sasaran yang tepat, yaitu siswa yang kebetulan kurang mampu secara ekonomi,’’ ujar Iyep Budiman, penanggung jawab program Posdaya di SMAN I Jampang Kulon.

Selama dua tahun berjalan, keberadaan Posdaya diakui Iyep, telah mendorong siswa SMAN I Jampang Kulon untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal tersebut didukung dengan pemberian life skill vokasional, antara lain keterampilan menjahit.

‘’Setiap orang membutuhkan pakaian, jadi keterampilan menjahit menjadi kebutuhan dasar membangun wirausaha juga. Kebetulan ada guru yang biasa memberikan pelatihan,’’ cetusnya.

Selain menjahit, ada pula keterampilan sablon, sehingga siswa memiliki keahlian membuat spanduk. ‘’Setelah mereka lulus, diharapkan mampu mandiri, bisa berwirausaha. Alhamdulillah, lulusan tahun 2007 kemarin juga sudah membuka usaha sendiri,’’ ungkap Iyep.

Pada tahun 2007 itu, SMA Negeri I Jampang Kulon membina 20 siswa yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan. Delapan orang diantaranya, memilih keterampilan sablon dan 12 orang menjahit. ‘’Sebenarnya ada satu program lagi yang diikuti siswa yaitu membuat kue. Bahkan dengan dorongan orang tua siswa, selama setahun itu juga kita sempat membuka bengkel,’’ ungkap Iyep bangga.

Partisipasi mengisi Posdaya berbasis sekolah ini memang bukan hanya antusias pihak sekolah, tetapi juga dukungan masyarakat sekitar sekolah. Dalam hal ini, selain memberikan pelatihan keterampilan setiap minggunya, pihak sekolah juga ikut memberi bantuan mesin jahit untuk meningkatkan produksi. Pelatihan menjahit dilakukan selama 2 jam untuk materi dan 3 jam praktek setiap minggunya. ‘’Dengan bantuan Yayasan Damandiri kita mampu membeli alat jahit dan bahannya,’’ cetus Iyep.

Dalam pelatihan otomotif, Iyep mengakui agak terhambat diberikan kepada siswa karena masalah pembiayaan dan kurangnya pembina. Dia juga berharap adanya pelatihan untuk melatih perakitan komputer di bidang software hardware yang masih terkendala. ‘’Rencana kami ke depan adalah tetap melanjutkan program yang sudah ada, tapi juga ada penambahan di bidang IT. Selain siswa ahli dalam pemrograman install, dengan pelatihan keterampilan ini juga siswa diharapkan mampu merakit sendiri dan menjualnya,” jelas Iyep.

Berbuah hasil

Menurut Wakil Kepala SMA Negeri I Jampang Kulon, Dudin, dari hasil pembuatan sablon telah menghasilkan beragam keuntungan. Antara lain, pembuatan seragam olahraga untuk siswa. Proses pembutan seragam ini tentunya di mulai dari mulai bahan dasar sampai jadi satu kaos yang di mulai dari disainnya di bikin sendiri, bahkan penjahitanya juga di lakukan oleh siswanya. Dalam menyablon, siswa juga di berikan keterampilan untuk mendesainnya sampai proses penyablonan.

Untuk Tata busana, ungkap Dudin, siswa diberikan pelatihan cukup extra. Mulai dari bahan dasar, pembuatan pola, cara pengukuran, pengguntingan sampai pada proses penjahitan. Selain bisa dipakai sendiri, hasil keterampilan tata busana ini juga siswa bisa membuatkan untuk para orang tuanya. ”Hasil produksi siswa ini pun, bisa dijual ke masyarakat,” cetus Dudin.

Selain memberikan berbagai program keterampilan, para pembina siswa SMA Negeri I Jampang Kulon juga mengarahkan siswanya untuk membuat sebuah buletin sekolah yang sarat informasi. ”Hal ini tentu saja sangat dibutuhkan siswa. Apalagi, dalam buletin ini memuat beragam informasi seputar pendidikan, kesehatan, terknologi terbaru dan hiburan,” tukas Dudin.

Guna menyerap ilmu pengetahuan lebih banyak sekolah, pihak sekolah juga mendatangkan bidan puskesmas memberikan pelajaran seputar kesehatan reproduksi remaja. ”Remaja adalah sumberdaya manusia yang berpotensi tinggi. Kesadaran mereka tentang kesehatan reproduksi penting untuk ditumbuhkan,” ujar Dudin.

Penyuluhan seputar kesehatan reproduksi remaja di lingkungan sekolah yang mempunyai nama di provinsi Jawa Barat sebagai sekolah yang menjuarai banyak kejuaraan di cabang bola voli dan bidang seni ini, telah dilakukan sebanyak tiga kali penyuluhan. ”Pertama, kita melihat risiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi. Risiko yang dihadapi seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), IMS termasuk HIV/AIDS, kekerasan seksual dan kegiatan seksual yang tidak diinginkan. Sedang konsekuensi yang harus ditanggung adalah dari segi medis, psikologis, sosial dan ekonomis,” papar Iyep.

Isu-isu remaja merupakan masalah yang menarik untuk dibahas. Data menunjukkan, kurang lebih 37 % dari jumlah penduduk di Indonesiaa adalah remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, mempunyai kesempatan dan risiko terhadap kesehatan reproduksinya.

Hal kedua yang dibahas dalam penyuluhan itu adalah tentang masa subur dan aspek-aspek kesehatan penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh siswa. ”Dari pendampingan Posdaya ini, kita harapkan masyarakat akan lebih dinamis dalam mengelola potensi mereka, dan bersama-sama mengembangkan diri khususnya pada bidang pendidikan, kesehatan dan kewirausahaan/ekonomi masyarakat,” ujar Dudi yang berharap program Posdaya ini terus berlanjut. (UYA/RW/Gemari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar